Sabtu, 24 November 2007

sekeping cerita hati

Kaukah itu...? Sebuah tanya menggelitik di pucuk hati ku Terinspirasi oleh segurat senyum yang kau kulum detik-detik pun teranyam, menjadi wadah untuk sebuah harap dan penantian Tidakkah kau rasa karna harap ini kan selalu temani penantian Langkah yang masih ntah sampai kapan dapat kujalani Tidak untuk kemarin, karna betapa hilang itu hasilkan sakit yang tak terperi Luka tak berdarah yang selalu ingin ku sembuhkan seumur hidupku kian terasa menghujam Kusimpan saja hati ini sembari menanti.. Takkan dapat ikrar yang ada tuk ku ingkar, banyak sudah yang terlanjur ku pertaruhkan tuk tetap menjaganya Sisihkan saja... Yakin... kan ada waktu nanti tuk haruskan ku mempersempahkannya karna kesendirian ini masih tetap dapat kunikmati (Padang, Februari 2006) Mentari terik membakar hangus hatiku yang basah Lelah... tersandar di tembok asa yang ntah sampai kapan sanggup menopang sukma Andai bayu masih sesejuk biasanya.. Moga dapat sembuhkan luka tak hanya raga, tapi segala.. Senja... Andai meganya masih sesendu biasanya moga dapat sampaikan doa agar tercapai segala angan dan cita (Padang, November 2005) Saat kau menantang matahari Kusiapkan diri, disini menantang mega di ujung senja petang nanti (Padang, Juli 2005) 1-2 mengepak, terhempas patah dan basah Oi...mau kamu apa? selangkah menapak pasti, indah... terhias diri Sudahlah... tak baik dendam Kau kenal pasti terseok, lalu... akhirnya beginilah jadi (Padang, April 2004) Rona senja disapa gerimis Rintik berisik Nun... jauh, geletar kilat dan petir menggempar harapku satu, aku tak gentar (Padang, April 2004) Barat; senja diatap rumah, mengundang tanya hadir dan hilang membawa ribuan gelora Timur; subuh di atap rumah, kenapa, mengapa, dan bagaimana kok bisa ya..? (Padang, April 2004) Ini bukan sajak saudara Puisi juga bukan Ini hanya sekerat sketsa dari selaksa peristiwa Coba dengar... aku akan memberimu sebuah cerita, tentang dua peristiwa dan ingat! Aku akan selalu berkata; Ini bukan sajak saudara puisi juga bukan (Padang, Desember 2003) Sadar aku... rangkai kata ini tak sebagus milik-Mu Rajut huruf ku tak selembut kasih-Mu Tersentak... ketika tahu bahwa hati ini tak kan sanggup merengkuh cinta-Mu Terucap maaf atas khilaf Berderai tangis..Pada ridho-Mu berharap (Pakan Sinayan, Januari 2002) Hening... Sunyi senyap dalam gelap Dingin... Berteman rinai dan tiup angin Kepak kelelawar dan bau tanah basah menghiasi malam-malamku yang kian resah Duh,bayu.. bertiuplah kencang ! Sampaikan pada ayah bunda salam dan rindu dari nanda tersayang Katakan pada mereka, betapa duka, luka, dan lara itu kini kian membara Ah... kapan kiranya waktu itu kan tiba. Bilakah kiranya saat itu kan datang? Ketika diterimanya sembah sujud dan peluk sayang dari diri nan merasa terbuang (Temboro, Desember 1999)

1 komentar:

Aryo_rumi mengatakan...

puisi hening maksud nya apa?