Sabtu, 08 Februari 2014

# SYUKUR #


اعوذبالله من الشيطان الرجيم - بسم لله الرحمن الرحيم السلام عليكم ورحمة لله وبركاته حمدا كثيرا يواف نعا مه ويكاف مزيده اشهد ان لااله الاالله واشهد ان محمدالرسول الله Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, atas karunia-Nya kita bisa sama-sama berkumpul dalam rangka Thalabulilmi, mencari ilmu. Serta kita bisa bersilaturahim, bertatap muka di majlis yang mulia ini dalam keadaan aman fi amanillah, sehat wal afiat. Mudah-mudahan setiap derap langkah bisa membuahkan pahala bagi kita semua, bisa menjadi penghapus dosa dan pengangkat derajat di hadapan Allah SWT Sekali lagi, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung secara rinci tentang kenikmatan-kenikmatan itu. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah SWT Tidak memerintahkan kita untuk menghitung, tapi kita diperintahkan untuk mensyukurinya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat. Karenanya kita akan terus bertekad untuk menjadi orang-orang yang menjadi pengikut setia dan melanjutkan perjuangan menyebarkan dan menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan ini. Amiin ya Rabbal ‘alamin. Bapak/ ibu yang dirahmati Allah SWT, sebelumnya mari kita sama-sama untuk menata niat, menguatkan niat dan melandasi langkah kita dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Pada kesempatan inipun mari kita sama-sama hadirkan hati dan pikiran untuk mencari ilmu, serta sekembalinya dari majlis ini senantiasa mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk dibawa pulang ke tempat masing-masing dan bisa menguatkan keimanan dan membuahkan amal shaleh. Pada kesempatan ini, saya akan membawakan pembahasan tentang SYUKUR. Kata syukur (شُكُوْر) adalah bentuk mashdar dari kata kerja syakara – yasykuru -- syukran – wa syukuran – wa syukranan ( وَشُكْرَانًا -شَكَرَ – يَشْكُرُ – شُكْرًا – وَشُكُوْرًا). Kata kerja ini berakar dengan huruf-huruf syin (شِيْن), kaf (كَاف), dan ra’ (رَاء), yang mengandung makna antara lain ‘pujian atas kebaikan’ dan ‘penuhnya sesuatu’. Syukur menurut istilah adalah bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut nikmat yang diberikan kepadanya. Dimana rasa senang dan lega itu terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan. Dalam kitab ‘I’anatut Thalibin, syukur adalah pujian. الشكر لغة هوالحمدالعرفي وعرفا صرف العبد جميع ما انعم الله به عليه فيما خلق لاجله اى ان يصرف جميع الاعضاء والمعا نى التى انعم الله عليه بها فى الطاعات التى طلب استعمالهافيها Artinya : Syukur menurut pengertian bahasa adalah pujian (Alhamdulillah) sebagaimana umumnya. Adapun menurut pengertian syariat adalah menyalurkan (mendaya fungsikan)semua yang telah dikaruniakan Allah kepadanya menurut fungsi dan tujuan sesuatu itu diciptakan. Dengan kata lain, menyalurkan (mendaya fungsikan) semua potensi tubuh yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT, baik secara formal maupun substansial untuk tujuan pengabdian kepada Allah SWT. Esensi syukur sebagaimana yang dijelaskan oleh imam Nawawi dalam tafsirnya adalah pengakuan atas kenikmatan yang diberikan oleh sang maha Pemurah disertai sikap mengagungkan-Nya. Untuk dapat bersyukur dengan baik kita perlu mengetahui bahwa karunia Allah itu tidak hanya besifat materi, namun mencakup berbagai aspek dalam kehidupan seperti kesehatan, kemampuan intelektual, bahkan keimanan. Dengan pembuktian syukur yang benar dan proporsional, Allah menjamin akan memberikan tambahan anugerah dan kenikmatan yang lebih banyak dan kehidupan yang lebih baik serta kelak memperoleh kebahagiaan di akhirat, Allah SWT berfirman:          •    Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS.Ibrahim:7 Allah SWT juga berfirman:                    Artinya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang Telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?(28) Yaitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.(Q.S.Ibrahim: 27-28) Dalam Al-Quran surat Ar-Rahman Allah SWT mengingatkan, menyebutkan lebih dari 30 kali ayat yang berbunyi     Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Rasa syukur yang kita punya dan tunjukkan kepada allah swt. Rabbul ‘alamin sesungguhnya akan kembali untuk kita sendiri, karna sedikitpun tidak ada kerugian bagi Allah bila kita tidak bersyukur kepada-Nya. Hanya saja sungguh tidak tahu malunya kita, “indak tau diuntuang” bahaso awaknyo, bila jutaan ni’mat yang kita terima dalam kehidupan ini tidak kita syukuri kepada allah SWT. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Akhwati fillah.. Terakhir, semoga kita termasuk orang yang pandai bersyukur dengan sebenar-benarnya. Sehingga kenikmatan Allah SWT akan terus bertambah untuk kita, baik dari sisi jumlahnya atau paling tidak meskipun jumlahnya tidak banyak tapi kita merasakanya sebagai sesuatu yang banyak, cukup, dan bermanfa’at alias berkah. Amin ya rabbal ‘alamin. Sekian dari saya, Billahi taufik wal hidayah Wa Lirridho Wal Inayah السلام عليكم ورحمة لله وبركاته

Tidak ada komentar: